EROSI TANAH DAN USAHA PENCEGAHANNYA
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Geologi Lingkungan dan Sumber Daya
Oleh,
PEPI HIDAYAT
092170054
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2011
ABSTRAK
Tanah yang banyak ditumbuhi tumbuh-tumbuhan lebih subur dari pada tanah gundul atau tanah yang tidak ada tumbuh-tumbuhannya, karena didalamnya terkandung lapisan bunga tanah yang tidak terkena erosi. Akan tetapi, bila hutan-hutan ditebang tanpa batas apalagi didaerah yang keadaannya miring,maka erosi oleh air dan angin akan mudah terjadi.
Perubahan tataguna lahan dan praktek pengelolaan DAS juga mempengaruhi terjadinya erosi, sedimentasi, dan pada gilirannya akan mempengaruhi kualitas air dan tanah itu sendiri. Pengelolaan DAS juga mempengaruhi terhadap kesuburan tanah, jika pengaturan airnya jelek. Tingkat erosi suatu lahan akan sangat berpengaruh terhadap tanah pertanian, hal ini bisa berpengaruh terhadap berkurangnya produktifitas hasil pertanian. Semakin tinggi tingkat erosi tanah permukaanya berarti semakin tidak subur tanah dan tidak cocok untuk ditanami oleh tanaman petanian.
Tidak semua lahan dipermukaan bumi dapat dimanfaatkan secara langsung oleh manusia karena terdapat kendala-kendala yang dihadapi,seperti adanya lahan yang tertutup es yang tebal yaitu lahan didaerah kutub serta pegunungan tinggi, tanah-tanah gersang dengan suhu terlalu tinggi seperti lahan-lahan digurun, serta lahan-lahn yang terdiri atas batu-batu cadas yang sulit untuk diolah untuk pertanian bahkan sulit untuk ditanami. Hanya lahan-lahan tertentu saja yang dapat ditanami dan dimanfaatkan untuk pertanian, lahan yang secara kualitatif sangat memungkinkan untuk dimanfaatkan dalam pemenuhan kebutuhan manusia yang disebut dengan lahan potensial. Selain lahan potensial adapula lahan yang tidak dapat kita manfaatkan untuk ditumbuhi tumbuh-tumbuhan yaitu lahan kritis. Jika lahan kritis dibiarkan dan tidak ada langkah perbaikan maka keadaan itu akan membahayakan kehidupan manusia secara langsung dan tidaklangsung. Krisis pangan adalah ancaman yang sangat mengerikan bagi umat manusia,jika semua lahan tidak dapat dimanfaatkan secara baik untuk kehidupan. Rehabilitasi dan konservasi adalah usaha untuk menekan dan menyelamatkan lahan supaya tetap potensial.
Lahan kritis merupaan salah satu bukti dari proses erosi tanah yang tejadi, baik erosi oleh air dan angin. Lapisan oraganik atau lapisan teratas yang subur hilang dan diangkut oleh tenaga penggerak erosi. Erosi tanah tidak akan terjadi dan bisa kita minimalkan dengan menanam kembali lahan yang gundul atau memperbanyak vegetasi pencegah erosi dilahan yang rawan atau lahan yang dimungkinkan terjadinya erosi.
BAB I
PENDAHULUAN
Mencegah terjadinya erosi didaerah rawan erosi (kemiringan lereng terjal, tidak ada vegetasi penutup, pinggir sungai) atau ditempat dimana proses pertanian dilakukan tanpa mengindahkan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air, adalah usaha yang paling ekonomis dan efektif untuk dilaksanakan dalam rangka menurunkan laju erosi. Erosi tidak dapat dicegah sepenuhnya dan secara total bahkan tidakmungkin dilakukan. Oleh karenanya hal mendasar yang dianggap realistik yaitu dengan menjaga agar besarnya erosi masih berada dalam ambang batas.
Meminimalisir erosi harus dilakukan dengan memberikan pengertian kepada para petani bahwa kerusakan tanah akibat erosi yang terjadi dilahan-lahan pertanian mereka akan menurunkan tingkat produktifitasnya persatuan luas. Dengan adanya pengertian tersebut, maka diharapkan lebih mudah mengarahkan petani untuk selalu bertindak dalam perspektif usaha konservasi tanah dan air. Tanah dan air akan selalu berkaiatan dalam kehidupan, tanpa adanya tanah yang potensial maka air tidak berguna dan dilahan kritis air sulit didapatkan. Begitu juga sebaliknya, tanpa adanya air dilahan yang potensial maka tanaman akan sulit untuk tumbuh.
Daerah rawan erosi yang seharusnya tidak dimanfaatkan,justru malah dimanfaatkan secara tidak benar. Dan tanpa peduli pada kesuburan tanah untuk masa mendatang, daerah berlereg terjal terutama punggung-punggung tanah yang dangkal, lahan permeabilitas tanah rendah dan tempat dengan jumlah dan keadaan vegetasi yang tidak memadai seharusnya tidak dimanfaatkan dan harusnya tetap kita konservasi. Konservasi lebih baik dan lebih murah dari pada kita mengembalikan keadaan tanah seperti semula.
BAB II
PEMBAHASAN
Dua penyebab terjadinya erosi adalah erosi alamiah dan erosi karena aktivitas manusia. Erosi alamiah dapat terjadi karena proses pembentukan tanah dan proses erosi yang terjadi untuk mempertahankan keseimbangan tanah secara alami. Dan proses erosi karena faktor alamiah umumnya masih memberikan media yang memadai untuk berlangsungnya petumbuhan kebanyakan tanaman. Sedang erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabakan oleh terkelupasnya lapisan tanah bagian atas akibat cara bercocok tanam yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi tanah atau kegiatan pembanguan yang bersifat merusak keadaan fisik tanah,antara lain pembuatan jalan didaerah dengan kemiringan lereng besar.
`Gambar : potret keadaan hutan atau perkebunan yang telah rusak karena proses erosi.
Erosi dapat terjadi dimana saja, terutama di daerah yang tidak memiliki vegetasi sebagai lahan penutup. Terjadinya erosi diawali dengan pemecahan bongkah-bongkah batuan menjadi butiran-butiran yang lebih kecil oleh tenaga pengangkut, kemudian pemindahan butir-butir batuan tersebut bergerak kedaerah yang lebih rendah.
Didaerah tropis seperti dinegara kita, yang mempunyai curah hujan yang tinggi sehingga erosi yang disebabkan oleh angin sangat jarang. Erosi menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman, dan juga menyebabkan berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air ketika hujan.
Erosi air terjadi karena adanya aliran air dipermukaan tanah, sehingga tanah dapat terkikis dan selanjutnya diangkut ketempat yang lebuh rendah dan tanah tersebut diendapkan ditempat lain, seperti waduk,sungai, waduk dan saluran irigasi. Dengan demikian terjadilah perpindahan lapisan tanah bagian atas. Sebagian besar tanah ditanah air khususnya pulau jawa, terdiri dari hutan-hutan lebat yang ada dengan tumbuhan-tumbuhan tropis yang subur. Namun semua itu jangan membuat kita merasa senang tetapi sebaliknya kita juga harus prihatin karena tanah-tanah subur itu telah mengalami kerusakan banyak areal tanah yang gundul, kemiringan lahan yang bertambah dan sering terjadinya banjir. Hal tersebut menandakan akan adanya kerusakan yang besar.
Dengan keadaan tanah yang demikan, kita harus menanggulangi keprihatinan tersebut. Karena kerusakan-kerusakan tersebut dipengaruhi dan dilakukan oleh manusia itu sendiri, memanfaatkan lahan secara berlebihan merupakan faktor utamanya. Dengan pengendalian erosi dapat mencegah kerusakan-kerusakan tanah tersebut, erosi tidak dapat dihentikan tetapi bisa kita kurangi.
A. TIPE-TIPE EROSI TANAH
Proses erosi terdiri dari tiga bagian yang berurutan yaitu pengelupasan (detachment), pengangkutan(transportation), dan pengendapan(sedimentation). Erosi terjadi dan disebabkanoleh air hujan, selain itu erosi juga disebabkan karena tenga salju dan angin. Berikut ini adalah tipe erosi permukaan yang umum dijumpai didaerah tropis seperti di Indonesia:
1. Erosi Percik
Erosi percik atau splash erosion adalah proses terkelupasnya partikel-partikel tanah bagian atas oleh tenga kinetik air hujan bebas atau sebagai air lolosan. Tenaga kinetik tersebut ditentukan oleh dua hal, massa dan kecepatan jatuhnya air kepermukaan tanah. Tenaga kinetik bertambah besar dengan bertambahnya besarnya diameter air hujan dan jarak antar ujung daun penetas terhadap tanah, serta diatas tanah tersebut tidak ada vegetasi penutup untuk mengurangi besarnya masaa yang jatuh pada tanah. Arah dan jarak terkelupasnya partikel-partikel tanah ditentukan oleh kemiringan lereng, kecepatan dan arah angin, keadaan kekasaran permukaan tanah dan penutupan tanah oleh vegetasi.
Pada tanah belerang,loncatan-loncatan partikel tanah tersebut lebih banyak kearah tempat yang lebih rendah, hal ini disebabkan karena sudut datang energi kinetik hujan akan mendorong partikel-pertikel tanah tersebut ke tempat yang lebih rendah. Apabila air hujan jatuh di atas seresah atau tumbuhan bawah, maka energi kinetik air hujan tersebut akan terstahan oleh vegetasi penutup tanah dan menurunkan jumlah partikel tanah yang terkelupas.
2. Erosi Kulit
Erosi kulit atau sheet erosion adalah erosi yang terjadi ketika lapisan tipis permukaan tanah didaerah berlereng terkikis oleh kombinasi air hujan dan air larian (run off). Tipe erosi ini disebabkan oleh kombinasi air hujan dan air larian yang mengalir ketempat yang lebih rendah. Berdasarkan sumber tenaga penyebab erosi kulit, tenaga kinetis hujan lebih penting karena kecepatan air jatuhan lebih besar. Tenaga kinetis air hujan menyebabkan lepasnya partikel-partikel tanh dan bersama-sama dengan pengendapan sedimen diatas permukaan tanah, menyebabkan turunnya laju infiltrasi karena pori-pori tanah tertutup oleh kikisan partikal tanah. Bentang lahan dengan komposisi lapisan bawah permukaan yang solid merupakan bentang lahan dengan potensi terjadinya erosi kulit terbesar. Besar kecilnya tenaga penggerak terjadi erosi kulit ditentukan oleh kecepatan dan kedalaman air larian
3. Erosi Alur
Erosi alur (rill erosion) adalah pengelupasan yang diikuti dengan pengangkutan partikel-partikel tanah oleh aliran air larian yang terkonsentrasi didalam saluran-saluran air. Hal ini terjadi ketika air larian masuk kedalam cekungan permukaan tanah, kecepatan air larian meningkat, dan akhirnya terjadilah transport sedimen. Tipe erosi alur umumnya dijumpai pada lahan-lahan garapan dan dibedakan dari erosi parit, dalam hal erosi alur dapat diatasi dengan cara pengerjaan tanah atau pencangkulan tanah. Hal ini tidak dapat dilakukan terhadap erosi parit. Telah disebutkan dimuka bahwa penyebab utama terjadinya erosi adalah air larian, aliran bawah permukaan, dan kelembaban tanah.
Dalam hubungannya dengan faktor-faktor penyebab erosi, bahwa tipe erosi terbentuk oleh tanah yang kehilangan daya ikat partikel-partikel tanah sejalan dengan meningkatnya kelembaban tanah ditempat tersebut. Kelembaban tanah yang berlebih pada gilirannya akan menyebabkan tanah longsor, bersamaan dengan longsornya tanah, kecepatan air larian meningkat dan terkonsentrasi ditempat tersebut. Air larian ini mengangkut sedimen hasil erosi dan dari sinilah awal dari pembentukan erosi parit.
4. Erosi Parit
Gambar: erosi parit
Erosi parit (gully erosion) membentuk jajaran parit yang lebih dalam dan lebar dan merupakan tingkat lanjutan dari erosi alur. Erosi parit dapat diklasifikasikan sebagai parit bersambungan dan parit terputus-putus. Erosi parit terputus dapat dijumpai didaerah yang bergunung. Erosi tipe ini biasanya diawali oleh adanya air larian yang besar. Kedalaman erosi parit ini menjadi berkurang pada daerah yang kurang terjal. Erosi parit bersambungan berawal dari terbentuknya gerusan-gerusan permukaan tanah oleh air larian kearah tempat yang lebih tinggi dan cenderung berbebtuk jari-jari tangan. Pada tahap lanjutan, proses pembentukan erosi parit tampak mempunyai kecenderungan kearah keseimbangan dinamis.
Pada tahap lanjutan, proses pembentukan erosi parit tersebut akan kehilangan karakteristik dinamika perkembangan gerusan-gerusan pada permukaan tanah oleh aliran air. Dan pada akhirnya terbentuk pola aliran-aliran kecil atau besar yang bersifat permanen. Namun demikan proses terbentuknya erosi parit tidak selalu beraturan seperti yang dikatakan diatas. Pada kondisi tertentu terutama oleh perubahan-perubahan geologis atau karena aktivitas manusia. Proses pembentukan erosi parit tidak pernah sampai pada tahap lanjutan. Secara umum erosi parit dapat terjadi serentak atau pada waktu yang bersamaan. Proses ini pada umumnya terdiri atas:
a. Erosi pada pinggir parit bagian atas yang berlangsung dalam waktu relatif lambat.
b. Bertanbah melebar dan dalamnya parit dibagian atas akibat konsentrasi aliran air semaikn besar dan semakin cepat. Gerusan air larian menjadi semakin dalam seringkali mencapai horison C, denan demikan semakin banyak lagi bahan induk yang tererosi. Pada tahap ini terjadi gerakan massa tanah didalam parit.
c. Tahap pemantapan menjadi parit yaitu ketika saluran yang terbentuk oleh gerusan air larian tersebut telah mencapai keadaan yang mantap dengan diiringi terbentuknya vegetasi dipinggir saluran.
Erosi parit dibedakan menjadi dua berdasarkan bentuk penampang melintangnya, yaitu parit bentuk V dan parit bentuk U. Erosi parit V terjadi pada tanh yang relatif dangkal dengan tingkat kerapuhan tanah seragam. Untuk mencegah erosi parit V, pencegahan dengan menggunakan cara vegetatif dianggap paling memadai mengingat penyebab utama erosi adalah air hujan. Dan vegetasi dapat menerima terlebih dahulu air hujan yang jatuh, sehingga tidak langsung menunjam kepermukaan tanah.
Erosi parit bentuk U umumnya terjadi pada tanah denagn erodibilitas rendah terletak diatas lapisan tanah dengan erodibilitas tinggi. Aliran air bawah permukaan akan mengikis lapisan tanah bagian bawah sampai pada saatnya seluruh bangunan tanah tersebut runtuh dan terbentuk parit berbentuk U.
Untuk menanggulangi tipe erosi parit diperlukan kombinasi bangunan pencegah erosi dan penanaman vegetasi. Rontokan sedimentasi dari bagian atas parit biasanya akan mengendap didasar parit tersebut. Bila aliran air dalam parit tersebut tidak cukup besar, maka endapan partikel-partikel tanah didasar parit tersebut dimungkinkan tumbuhnya vegetasi, dan dengan demikan struktur tanah lebih mantap. Keadaan tanah ini dapat terganggu apabila aliran air yang kuat datang dari bagian atas kembali melanda tempat tersebut dan mengakibatkan longsornya tanah yang belum mantap tersebut.
Hal ini dikenal sebagai permulaan proses erosi berantai. Untuk menanggulangi erosi parit, hal pertama yang harus dilakukan adalah mempelajari keadaan parit untuk menentukan sumber sedimen dan derajat kemantapan parit. Secara alamiah,parit-parit tesebut akan menjadi mantap dengan sendirinya. Hal yang perlu dilakukan yaitu meningkatkan usaha-usaha yang kondusif terhadap pemulihan fungsi tanah sebagai media tumbuh dan menghindari berkelanjutnya proses erosi ditempat tersebut. Menentukan bagian parit mana yang perlu ditanggulangi terlebuh dahulu, bagian atas parit biasanya memerlukan penanganan yang khusus dan paling awal. Usaha yang perlu dilakukan yaitu mengalihkan aliran air diatas parit melalui saluran-saluran air yang sejajar dengan garis kontur.
5. Erosi Tebing Sungai
Erosi tebing sungai (strembank erosion) adalah pengikisan tanah pada tebing-tebing sungai dan penggerusan dasar sungai oleh aliran air sungai. Dua proses berlangsungnya erosi tebing sungai adalah oleh adanya gerusan aliran sungai dan oleh adanya longsoran tanah pada tebing sungai. Proses yang pertama berkorelasi dengan kecepatan aliran sungai. Semakin cepat aliran sungai semakin besar kemungkina terjadinya erosi tebing. Erosi tebing sungai dalam bentuk gerusan dapat berubah menjadi tanah longsor ketika permukaan sungai surut sementara pada saat bersamaan tanah tebing sungai telah jenuh.
Dengan demikian longsoran tebing sungai terjadi setelah debit aliran besar berakhir atau surut. Proses terjadinya erosi tebing yang kedua lebih ditentukan oleh keadaan kelembaban tanah ditebing sungai menjelang terjadinya erosi. Dengan kata lain erosi tebing sungai dalam bentuk longsoran tanah yang tinggi dan beban ini lebih besar dari pada gaya yang mempertahankan tanah tetap pada tempatnya.
Erosi tebing sungai dipengaruhi antara lain oleh kecepatan aliran, kondisi vegetasi disepanjang tebing sungai, kegiatan bercocok tanam dipinggir sungai, kedalaman dan lebar sungai, bentuk alur sungai, dan tekstur tanah. Alur sungai yang tidak teratur dengan banyak rintangan seperti tanggul pencegah tanah longsor, dapat mempertajam kelokan sungai dan menjadi penyebab utama erosi sepanjang tebing sungai.
Bagian tebing sungai yang mempunyai potensi besar untuk terjadinya erosi adalah pada tikungan-tikungan sungai karena gaya benturan aliran sungai ditempat tersebut adalah besar. Erosi tebing sungai dapat dikurangi dengan cara penanaman vegetasi sepanjang tepi sungai. Vegetasi ini melalui sistem perakaran, tidak saja menurunkan laju erosi, tetapi juga mencegah tanah longsor didaerah tesebut karena mengurangi kelembaban tanah oleh adanya proses transpirasi.
B. FAKTOR-FAKTOR PENENTU EROSI
Berkurangnya lapisan tanah bagian atas bervariasi tergantung pada tipe erosi dan besarnya erosi dan besarnya variable yang terlibat dalam proses erosi. Empat faktor utama dianggap terlibat dalam proses erosi yaitu iklim, sifat tanah, topografi, dan vegetasi penutup.
1. Iklim
Pengaruh iklim terhadapa erosi dapat bersifat langsung atau tidak langsung. Pengaruh langsung adalah melalui tenaga kinetis air hujan, terutama intensitas dan diameter butiran air hujan. Pada hujan yang intensitasnya pendek, erosi yang terjadi biasanya lebih besar dari pada hujan yang intensitasnya lebih kecil dengan waktu yang lama. Pengaruh iklim tidak langsung ditentukan melalui pengaruhnya terhadap pertumbuhan vegetasi. Dengan kondisi iklim yang sesuai vegetasi dapat tumbuh secara optimal. Sebaliknya pada daerah dengan perubahan iklim besar, misalnya didaerah kering, pertumbuhan vegetasi terhambat oleh tidak memadainya intensitas hujan. Tetapi sekali hujan turun tersebut umumnya sangat tinggi, ini yang mempengaruhi terjadinya erosi.
2. Sifat-sifat Tanah
Empat sifat tanah yangpenting dalam menentukan erodibilitas tanah (mudah tidaknya tanah mengalami erosi) yaitu:
a. Tekstur tanah, biasanya berkaitan dengan ukuran dan porsi partikel-partikel tanah dan akan membentuk tipe tanah tertentu. Tiga unsur utama tanah adalah pasir, debu dan liat. Dilapangan tanah terbentuk oleh kombinasi ketiga unsur tersebut. Misalnya tanah dengan unsur domina liat, ikatan antar partikel-partikel tanah tersebut tergolong kuat dan dengan demikan tidak mudah tererosi.
Hal yang sama juga berlaku untuk tanah dengan unsur dominan pasir, kemungkinan terjadi erosinya adalah sangat rendah karena luju infiltrasi ditempat ini besar dan dengan demikian menurunkan laju aliran air larian. Sebaliknya pada tanah dengan unsur utama debu dan pasir lembut serta sedikit unsur organik,memberikan kemungkinan lebih besar untuk terjadinya erosi.
b. Unsur organik, terdiri atas limbah tanaman dan hewan sebagai hasil proses dekomposisi. Unsur organik cenderung mempebaiki struktur tanah dan bersifat meningkatkan permeabilitas tanah, kapasitas tampung air tanah, kesuburan tanah. Kumpulan unsur organik diatas pemukaan tanah dapat menghambat kecepatan air larian dan menurunkan terjadinya erosi.
c. Struktur tanah, adalah susunan partikel-partikel tanah yang membentuk agregat. Struktur tanah mempengaruhi kemampuan tanah dalam menyerap air tanah. Misalnya, struktur tanah granuler dan lepas mempunyai kemampuan besar dalam meloloskan air larian, dan dengan demikan menurunkan laju air larian dan memacu pertumbuhan tanaman.
d. Permeabilitas tanah,menunjukan kemampuan tanah dalam melolosakan air. Struktur dan tekstur tanah serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam menentukan permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikan infiltrasi dan dapat menurunkan lajui air larian.
3. Topografi
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua faktor yang menentukan karakteristik topografi suatu daerah aliran sungai. Kedua faktor tersebut penting untuk terjadinya erosi karena faktor-faktor tersebut menentukan besarnya kecepatan dan volume air larian. Kecepatan air larian yang besar umumnya ditentukan oleh kemiringan lereng yang tidak terputus dan panjang serta terkonsentrasi pada saluran-saluran sempit yang mempunyai potensi besar untuk terjadinya erosi alur dan erosi parit.
Kedudukan lereng juga menentukan besar-kecilnya erosi. Lereng bagian bawah mudah tererosi dari pada lereng bagian atas karena momentum air larian lebih besar dan kecepatan air larian lebih terkonsentrasi ketika mencapai lereng bagian bawah. Daerah tropis volkanik denagn topografi bergelombang dan curah hujan tinggi sangat potensial untuk terjadinya erosi dan tanah longsor. Oleh karenanya dalam program konservasi tanah dan air didaerah tropis usaha-usaha pelandaian permukaan tanah seperti pembuatan teras di lahan pertanian. Peruntukan tanah-tanah dengan kemiringan lereng besar untuk kawasan lindung seringkali dilakukan. Usaha tersebut dilakukan terutama untuk menghindari terjadinya erosi yang dipercepat dan meningkatnya tanah longsor.
4. Vegetasi Penutup Tanah
Pengaruh vegetasi penutup tanah terhadap erosi adalah untuk melindungi permukaan tanah dari tumbukan air hujan, menurunkan kecepatan dan volume air larian, menahan partikel-partikel tanah pada tempatnya melalui system perakaran dan seresah yang dihasilkan, dan mempertahankan kemantapan kapasitas tanah dalam menyerap air. Dalam meninjau pengaruh vegetasi terhadap mudah-tidaknya tanah tererosi, harus dilihat apakah vegetasi penutup tanah tersebut mempunyai struktur tajuk yang berlapis sehingga dapat menurunkan kecepatan terminal air hujan dan memperkecil diameter tetesan air hujan.
Bahwa yang lebih berperan dalam menurunkan erosi dalah tumbuhan bawah karena merupakan stratum vegetasi terakhir yang akan menentukan besar-kecilnya erosi percikan. Dengan kata lain, semakin rendah dan dapat tumbuhan bawah semakin efektif pengaruh vegetasi dalam melindungi permukaan tanah terhadap ancaman erosi.
Oleh karenanya dalam melaksanakan program konservasi tanah dan air melalui cara vegetatif, system pertanaman dan pengaturan struktur tegakan diusahakan agar tercipta struktur pelapisan tajuk yang serapat mungkin dan erosipun dapat kita tekan.
C. PENCEGAHAN EROSI
Dalam usaha untuk mencegah atau mengendalikan erosi hendaknya diperhatikan beberapa faktor yang menyebabkan erosi itu terjadi,maka kita dapat menentukan bahwa usaha pengendalian erosi ini seharusnya dilakukan. Mempertahankan keberadaan vegetasi penutup tanah adalah cara paling efektif dan ekonomis dalam usaha mencegah terjadi dan meluasnya erosi permukaan. Berikut ini adalah beberapa tuntunan praktis tentang bagaimana caranya melakukan pencegahan erosi:
a. Menghindari praktek bercocok tanam yang bersifat menurunkan permabilitas tanah.
b. Mengusahakan agar permukaan tanah sedapat mungkin dilindungi oleh vegetasi berumput atau semak selama dan serapat mungkin.
c. Menghindari pembalakan hutan dan penggembalaan ternak berlebihan didaerah dengan kemiringan lereng terjal.
d. Menerapkan teknik-teknik pengendalian erosi dilahan pertanian dan mengusahakan peningkatan laju infiltrasi.
e. Merencanakan dengan baik pembuatan jalan didaerah rawan erosi atau longsor sehingga aliran air permukaan tidak mengalir ke selokan-selokan tempat yang rawan tersebut.
Dengan memahami proses dan mekanisme terjadinya erosi, suatu tindakan konservasi tanah dapat dilaksanakan dengan manfaat langsung menurunkan erosi. Teknik konservasi tersebut pada umumnya dirancang untuk:
a. Meningkatkan kekerasan permukaan tanah untuk menurunkan kecepatan aliran air permukaan.
b. Mencegah erosi percikan akibat curahan air hujan langsung atau melalui air lolos.
c. Memperpendek panjang lereng dan mengurangi kemiringan lereng dan mereduksi kekuatan aliaran air permukaan.
d. Memperbanyak laju infiltersi air hujan sehingga dapat memperkecil jumlah dan kecepatan air larian.
e. Mencegah terkonsentrasinya aliran air permukaan membentuk saluran-saluran air yang kondusif terhadap terbentuknya erosi parit.
Pencegahan erosi bisa dilakukan dengan dua cara yaitu: cara vegetatif,dan cara mekanik.
1. Cara Vegetatif
Dengan mempertimbangkan bahwa aktivitas utama program konservasi tanah dengan cara vegetaif bertumpu pada penanaman vegetasi, maka hal-hal yang berkaitan dengan tanam-menanam perlu disiapkan secara seksama. Cara ini didasarkan pada peranan tanaman, dimana tanaman ini sebagai bahan yang mempunyai peranan untuk mengurangi erosi. Batang, ranting, dan daun-daunnya berperan menghalangi tumbukan-tumbukan langsung butir hujan pada permukaan tanah. Akar-akar berperan memperbesar kapasitas infiltrasi tanah, dan mengambil air bagi keperluan tumbuhnya tanaman.
Cara vegetatif dalam pelaksanaanya dapat meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Penanaman tanaman secara dan searah garis kontur.
b. Pemanfaatan serasah tanaman.
c. Penanaman penutup tanah dengan rumput-rumputan.
d. Penanaman tanaman secara bergilir.
2. Cara Mekanik
Pencegahan erosi dengan cara mekanik bertumpu pada pembuatan bangunan pencegah erosi. Cara ini membutuhkan biaya yang besar dibanding cara vegetatif, karena menyangkut pembuatan prasarana. Mempertimbangakan dengan biaya yang mahal, maka cara ini dapat dianjurkan apabila:
a. Air larian dan sedimen yang berasal dari daerah hulu akan mengancam fasilitas-fasilitas penting didaerah hilir.
b. Reklamsi didaerah hulu tersebut dianggap penting bagi kehidupan orong-orang didaerah tersebut.
c. Hasil produksi pertanian, kehutanan, sumberdaya air didaerah tersebut paling tidak sama atau bahkan tidak besar dari pada biaya yang akan dikeluarkan untuk pembuatan banguan pencegah erosi.
Cara pencegahan mekanik tersebut diantaranya yaitu:
a. Pembuatan jalur-jalur bagi pengendalian air dari tempat-tempat tertentu ketempat pembuangan.
b. Pembuatan selokan-selokan dan parit pada tempat tertentu.
c. Pembuatan sengkedan atau teras-teras agar alairan air dapat terhambat sehingga daya angkut berkurang.
BAB III
SIMPULAN
Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya lapisan tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu temapt oleh media pengangkut alami yaitu air, angin , gelombang laut , gletser , ketempat lain.
Oleh karena itu erosi dapat dibedakan berdasarkan tenaga perombaknya menjadi erosi air, ersosi angin (deflasi), erosi gelombang laut ( abrasi atau erosi marin), dan erosi glasial.
Ada dua macam erosi yaitu erosi normal atau erosi alamiah dan erosi dipercepat atau erosi akibat manusia. Erosi normal atau alamih merupakan proses-proses pengangkutan tanah yang terjadi dibawah keadaan vegetasi.erosi dipercepat adalah pengangkutan tanah yang menimbulkan kerusakan tanah sebagai akibat perbuatan manusia yang mengganggu keseimbangan antara proses pembentukan dan pengangkutan tanah.
Dampak yang disebabkan oleh erosi yaitu penurunan produktivitas pertanian dan hilangnya lapisan tanah organik karena terangkut sehingga dimungkinkan terjadinmya lahan kritis. Dan perubahan struktur tanah, penurunan kapasitas infiltrasi dan penampungan tanah terhadap air, serta perubahan profil tanah, dan tentunya unsure hara tanahpun akan hilang.dengan kata lain kita perlu mengantisipasi tingkat bahaya erosi tersebut.
Faktor yang mempengaruhi erosi yaitu iklim, sifat tanah, topografi, vegetasi penutup. Hal tersebut tidak dapat kita hindarkan, tetapi apa yang akan terjadi tersebut kita harus siap menanggulangi dan meminimalkan preses erosi tersebut yaitu dengan cara mengusahakan agar permukaan tanah tetap dilindungi oleh vegetasi, menghindari pemanfaatan tanah dengan bercocok tanam yang bersifat menurunkan permeabilitas tanah, menghindari pembalakan hutan ditanah yang terjal, serta menerapakn teknik pertanian yang bisa mencegah erosi tersebut terjadi.
Kita ketahui bahwa erosi tidak dapat dicegah dan tidak dapat kita hentikan, tetapi kita wajib untuk mengurangi proses erosi tersebut terjadi.
DAFTAR PUSATAKA
Asdak, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.Gadjah mada university press
Wardiyatmoko,K.2004. Georafi SMA kelas X. Jakarta: Erlangga